GUNDALA (2019)

        
Joko Anwar on Twitter: "Inilah poster GUNDALA.… "

        Gundala merupakan film besutan sutradara hebat Indonesia, Joko Anwar. Ini merupakan review pertama dari film Indonesia yang saya tulis. Film ini juga merupakan film superhero Indonesia pertama yang dibuat filmnya pada era-modern dengan efek visual dan semesta sinematik layaknya film barat. Gundala juga merupakan film pembuka bagi semesta film BumiLangit (BumiLangit Cinematic Universe). Artinya, film ini akan menjadi perkenalan awal tokoh superhero yang akan berada pada semesta film yang sedang berjalan ini. Pasti kita langsung terpikir dengan semesta film superhero Hollywood bukan? layaknya Marvel dengan Marvel Cinematic Universe (MCU) dan DC Comics dengan DC Extended Universe (DCEU)-nya. Namun, saya juga tidak akan terlalu membandingkan Gundala dengan film superhero sekelas Marvel maupun DC. Karena jika bicara anggaran dan teknologinya yang masih terpaut jauh. Ekspetasi dan rasa bangga saya terhadap film ini juga begitu besar, dengan melihat potensi kisah superhero Nusantara yang ada sejak lama yang akan dieskplor dalam sebuah semesta film dengan jajaran pemeran-pemeran yang berkualitas.
         Berawal dari saat Gundala kecil yang bernama Sancaka yang tinggal di kota Jakarta saat kerusuhan terjadi dimana-mana. Sancaka kecil hidup sederhana bersama ayahnya yang seorang buruh pabrik dan ibunya. Ia memiliki ketakutan terhadap petir, karena seolah petir selalu mengincar dirinya. Singkat cerita, Sancaka kehilangan ayahnya yang tewas akibat perlawanan dengan pihak pabrik akibat masalah internal pabrik. Awal mula ia mendapatkan kekuatan ialah petir yang menyambar dirinya saat ia kesal mengetahui kepergian ayahnya. Lalu, setahun selang kepergian ayahnya ia pun ditinggal ibu nya yang pergi entah kemana hingga Sancaka memutuskan untuk merantau seorang diri di jalanan. Tak lama ia menemukan seorang teman bernama Awang (yang kelak nanti akan jadi superhero juga di film selanjutnya). Pertemuan ini berlangsung sangat singkat karena Awang akan pergi ke tenggara untuk hidup yang lebih aman. Sancaka pun sempat belajar sedikit ilmu bela diri dari Awang yang pernah membelanya saat dikeroyok preman.
         Sancaka pun sudah dewasa (diperankan oleh Abimana Aryasatya) dengan memiliki pekerjaan sebagai security di sebuah pabrik percetakan koran. Berawal dari sinilah kita diperkenalkan sosok penjahat utama pada film ini, Pengkor. Pengkor dibesarkan di panti asuhan yang di asuh secara kasar dan biadab. Para pengasuhnya merawat anak-anak dengan cara yang tidak halus dan bermoral. Pengkor pun selalu memiliki pemikiran licik dan jahat agar ia dan anak-anak lainnya dapat bebas dan hidup bahagia dengan membunuh seluruh pengasuhnya dan mendirikan panti-panti asuhan di seluruh negeri dengan didikan dasar sebagai penjahat. Singkat cerita, Pengkor dewasa memiliki anak-anak penjahat dibawah pimpinannya di seluruh negeri. Salah satu tangan kanan yang dimiliki Pengkor ialah Ghazul. Pengkor sendiri diceritakan memiliki banyak relasi dengan pejabat-pejabat tinggi sehingga perbuatan jahatnya sulit diungkap. Di film ini, kita melihat kejahatan utama yang dilakukannya ialah membuat sebuah serum (Serum Amoral) yang dikabarkan membuat bayi-bayi yang akan dilahirkan oleh ibu yang meminumnya akan tidak memiliki moral saat lahir. Namun itu hanya kebohongan belaka, efeknya ialah bahkan menyebabkan kelahiran cacat pada bayi yang akan lahir.
         Singkat cerita, Pengkor mengerahkan beberapa anak penjahatnya untuk membunuh Sancaka karena dianggap sebagai ancaman baginya. Sancaka pun turut dibantu oleh rekan-rekannya diantaranya anggota DPR yaitu Ridwan Bahri (diperankan Lukman Sardi) dan Wulan (ini merupakan sosok superhero Merpati kelak dan menjadi love-interest Sancaka). Diadegan inilah Pengkor tewas dan anak-anaknya lah yang masih hidup dan hidup berpencar. Disisi lain, Ghazul memiliki niat lain selain membantu Pengkor melancarkan serangannya. Disinilah letak kekaguman saya pada plot twist film Gundala ini. Ghazul bersama anak buahnya ternyata mencari cara untuk menemukan sebuah artefak berupa bagian tubuh dari villain utama yang akan dibangkitkan olehnya dan kemungkinan akan muncul pada film selanjutnya. Di akhir film, kita dikejutkan oleh beberapa adegan yang menurut saya spektakuler bagi sebuah film pembuka semesta superhero Indonesia. Diantaranya ialah, saat Sri Asih (diperankan Pevita Pearce) tiba-tiba muncul membantu Sancaka menghancurkan mobil serum amoral. Dan diakhir film kita melihat adegan Ghazul membangkitkan tokoh penjahat legenda bernama Ki Wilawuk (diperankan Sudjiwo Tedjo) yang kelak akan mengalahkan Gundala. Kelanjutannya akan kita saksikan bersama pada film besutan kedua dari BumiLangit Cinematic Universe, Sri Asih

Kelebihan:
1.   Alur cerita yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit dengan mengangkat tema keadaan Indonesia yang diambang kerusuhan dan pertikaian.
2.   Unsur dan nuansa Indonesia sangat terasa di setiap adegan dengan porsi yang pas dan tidak berlebihan.
3.   Banyaknya pemeran dari kalangan aktor, aktris dan seniman Indonesia yang berperan dalam film ini, namun jutsru sangat berpenampilan berbeda. Luar biasa!.
4.   Sebagai permulaan dalam BumiLangit Cinematic Universe, film ini sangat jauh diatas ekspetasi sebagai sekedar film pembuka semesta film superhero Indonesia.
5.   Penokohan setiap karakter-karakter dari antagonis maupun protagonis yang sesuai dan bagus.
6.   Banyak adegan dan dialog yang mencairkan suasana tegang menjadi hiburan yang unik dan lucu.
7.   Seorang superhero yang diceritakan asal mulanya dengan mengangkat drama keluarganya dan sesuai kapasitas seperti layaknya manusia normal.
8.   Visual efek yang sederhana namun mengagumkan dan semoga akan terus berkembang pada perfilman di Indonesia.
9.   Adegan perlawanan dan bela diri yang memukau dan menjadi ciri khas film Gundala secara keseluruhan.
10.    Banyaknya permasalahan yang kompleks yang dibuat sederhana membuat penonton penasaran akan kelanjutannya
11.    Banyaknya adegan atau selipan tersembunyi (easter egg) yang membuat penonton penasaran akan kelanjutan semesta filmnya.

Kekurangan:
1.   Sulitnya langsung mengingat setiap nama-nama tokoh dalam satu film ini, karena banyaknya tokoh-tokoh yang merupakan cikal bakal pemeran pada film-film selanjutnya.
2.   Adegan perlawanan dan bela diri yang terkesan terlalu cepat dan beruntun setiap beberapa waktu membuat sedikit kejenuhan.

Nilai akhir : 9.3 / 10

Ulasan ini dibuat tidak lebih dari 3 hari setelah penulis menonton film yang bersangkutan. Ini merupakan murni ulasan pribadi penulis dengan tidak menyalin/ mengulang ulasan lain sebelumnya.
Terima Kasih